Kamis, 19 April 2012

Buku Baru


My First Book
Cukilan Cerita... 

Tentang Aku dan Kelana


Aku duduk terpekur menghadap api unggun. Auranya yang hangat menyirami tubuhku. Memberikan cercah cahaya bagi gelap pekat sekitar. Menyajikan irama gemertak kayu terbakar hingga membara mematangkan tubuh-tubuh ikan yang diam terbujur kaku, pasrah terpanggang menjadi sajian lezat manusia.
“Hmm, wangi. Itu menandakan ikannya hampir matang.” oceh Kelana.
“Hhh…” aku mendesah bosan. Aku mencoba mengintip wajah langit. Riuh sekali. Bintang-bintang seakan sedang berlomba menunjukkan siapakah yang paling terang bersinar. Mana ibu bulan? Oh, bulan sabit yang tersenyum. Sangat serasi paduannya.
“Apa tiap malam, langit senantiasa ceria seperti sekarang?” tanyaku.
“Selama aku di sini, iya.”
“Di sana aku jarang melihat yang seperti ini.”
“Tentu saja. Bintang yang mungil itu selalu terlupakan di dunia sana yang banyak gemerlap cahaya ambisinya. Jika di bawah telah terang oleh lampu, cahaya kecil bintang tak berarti apa-apa. Itulah sebabnya saat di sana kau jarang melihat yang seperti ini.”
Aku diam mencoba memahamkan kata-katanya.
“Ah, sudah matang semua!” menatapku dengan riang. “Mari kita habiskan!”
Perutku tiba-tiba bunyi. Semoga dia tak mendengar. Air liurku pun mendadak menganak, melihat ikan bakar yang siap makan Kelana sodorkan untukku.
“Nih, makanlah! Kalau kurang ambil lagi.”
Aku makan dengan lahap, rasanya seperti satu tahun aku baru makan lagi. Aku tak peduli dengan tatapan keheranan dari matanya.
“Kenapa kau ingin mati?”
Aku kaget mendengar pertanyaannya di antara keheningan derak api unggun yang membara. Bisu.
“Ah, sudahlah. Habiskan saja ikannya!”


Mau baca kisah lengkapnya pesan buku di sini ya....!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar